Mengapa Media Tradisional di Indonesia Mengalami Perubahan?
Perubahan merupakan hal yang tak terhindarkan, termasuk di dunia media. Di Indonesia, media tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar mulai berubah menjadi multi-platform. Penetrasi internet yang semakin luas menjadi faktor utama perubahan ini. Menurut data APJII, pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta pada tahun 2020, naik 11% dari tahun sebelumnya.
Bukan hanya penetrasi internet, tren perubahan perilaku konsumen juga menjadi pendorong utama. "Konsumen kini lebih suka mengonsumsi konten ketika dan dimana saja, dan itu mendorong perubahan media tradisional ke multi-platform," tutur Andi Sadha, CEO Activator, sebuah perusahaan riset media.
Selain itu, perkembangan teknologi digital juga memungkinkan media untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Hal ini, menurut Damar Juniarto, Direktur Eksekutif SAFEnet, sebuah LSM yang fokus pada isu kesadaran digital, "memaksa media tradisional untuk berubah agar tetap relevan dan mampu bersaing."
Bagaimana Proses Perubahan Media Tradisional ke Multi-Platform di Indonesia?
Proses perubahan media tradisional ke multi-platform tidak terjadi seketika. Pertama-tama, media tradisional memulainya dengan membuat situs web atau platform digitalnya sendiri. Kemudian, mereka mulai membagikan konten di berbagai platform, seperti media sosial dan aplikasi pesan instan.
"Media harus beradaptasi dan memahami kebiasaan konsumen di platform digital," kata Shinta Bubu, pendiri Bubu.com, sebuah agensi digital. Shinta juga menambahkan bahwa "menyediakan konten yang relevan dan menarik untuk audiens digital sangat penting dalam proses ini."
Selanjutnya, media tradisional mulai menggunakan teknologi dan alat baru, seperti big data dan artificial intelligence, untuk memahami perilaku konsumen dan membuat konten yang lebih personal. "Teknologi seperti big data dan AI bisa membantu media mengerti apa yang diinginkan oleh konsumen," ujar On Lee, CEO JULO, sebuah startup teknologi.
Namun, proses perubahan ini tidak tanpa tantangan. Misalnya, melibatkan SDM yang memiliki keahlian digital dan mengatasi resistensi dari internal media itu sendiri. Namun demikian, perubahan ini adalah hal yang harus dihadapi media tradisional agar tetap bertahan di era digital ini. Seperti kata Darwin, bukanlah spesies yang paling kuat yang bertahan hidup, melainkan spesies yang paling mampu beradaptasi dengan perubahan.