Mengantisipasi Era Streaming: Masa Depan TV Tradisional Indonesia

Mengapa Era Streaming Mengancam TV Tradisional Indonesia

Era streaming mendobrak paradigma tontonan konvensional dan mengubah cara orang menikmati konten. "Perubahan signifikan ini," kata Hari Setiadi, pakar media dan komunikasi, "membuat TV tradisional terguncang." Faktor utama ancaman ini adalah fleksibilitas. Kita dapat menonton film, serial, atau acara apa pun, kapan pun, dan di mana pun melalui gadget kita. Kedua, variasi konten. Platform streaming menyediakan berbagai genre dan format program yang berbeda. "Konten lokal dan internasional tersedia dalam jumlah besar," tambah Setiadi.

Selain itu, penonton kini memegang kendali. Mereka bisa memilih apa yang ingin ditonton, kapan, dan seberapa lama. Saat ini, orang tak lagi terpaku pada jadwal siaran TV. "Era streaming mendorong konsumen untuk menjadi lebih mandiri," ujar Setiadi. Terakhir, tak ada lagi iklan yang mengganggu tontonan. Dengan berlangganan, penonton bisa menikmati tontonan tanpa iklan. Faktor-faktor inilah yang membuat era streaming menjadi ancaman serius bagi TV tradisional Indonesia.

Strategi yang Dapat Diterapkan oleh TV Tradisional untuk Bersaing di Era Streaming

Namun, bukan berarti TV tradisional harus mengibarkan bendera putih. Ada beberapa strategi yang dapat mereka terapkan untuk bersaing di era streaming. Yang pertama, memanfaatkan teknologi. "TV tradisional harus beradaptasi dengan digitalisasi," kata Dewi Sartika, analis media. Tujuannya, agar penonton bisa menikmati siaran TV kapan pun dan di mana pun melalui platform online mereka.

Selanjutnya, mengubah format program. Program yang ditayangkan harus mampu menarik penonton dan memberikan sesuatu yang baru serta segar. "Kreativitas adalah kunci," tambah Sartika. TV tradisional perlu mencari format unik dan orisinal yang tak bisa ditawarkan oleh platform streaming.

Strategi berikutnya, mempertahankan loyalitas penonton. Program-program dengan penonton setia seperti acara berita, talk show, dan sinetron lokal masih memiliki peluang untuk bertahan. "TV tradisional harus memperkuat ikatan dengan penonton mereka," ujar Sartika.

Terakhir, kolaborasi. TV tradisional bisa berkolaborasi dengan platform streaming untuk membagikan konten mereka. "Dengan cara ini, mereka bisa menjangkau penonton yang lebih luas," kata Sartika.

Dalam menghadapi era streaming, TV tradisional Indonesia perlu berinovasi dan beradaptasi. Jangan sampai mereka ketinggalan dan tertinggal. Seperti kata pepatah, "Berkembang atau mati." Dan untuk TV tradisional, ini adalah waktu untuk berkembang.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Cape Town, South Africa