Memahami Ancaman Digital dalam Industri Media Tradisional
Di era digital saat ini, media tradisional menghadapi tantangan besar. Ancaman digital bukan hanya bentuk kompetisi baru, tetapi juga merubah cara orang mengakses informasi. Menurut Andreas Raharso, seorang pakar media, "Digitalisasi merubah segalanya, termasuk industri media". Dalam pandangannya, media tradisional harus bisa beradaptasi dengan cepat untuk bertahan.
Perubahan cepat ini disebabkan oleh kemudahan akses internet dan kehadiran media sosial. Temuan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa 64,8% populasi Indonesia sudah menggunakan internet. Media sosial menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang. Hal ini menimbulkan tantangan serius bagi media tradisional seperti televisi, radio dan surat kabar.
Menyoroti Peran dan Tanggung Jawab Media Tradisional dalam Menghadapi Ancaman Digital
Tantangan ini bukan berarti akhir bagi media tradisional. Para ahli, seperti Raharso, percaya bahwa media tradisional masih memiliki peran penting. "Media tradisional memiliki tanggung jawab untuk menghadapi ancaman digital dengan cara yang lebih inovatif dan kreatif," kata Raharso. Mereka harus menemukan cara untuk mempertahankan kredibilitas dan integritas mereka di tengah badai digital ini.
Sebagai contoh, televisi dan radio masih bisa menjangkau daerah yang kurang terjangkau oleh internet. Selain itu, media tradisional juga dapat memberikan analisis mendalam dan melaporkan berita dengan cara yang lebih bertanggung jawab dibandingkan media sosial yang seringkali tidak terverifikasi. Media tradisional harus mampu memanfaatkan kekuatan ini untuk tetap relevan.
Penting juga untuk media tradisional mencari cara baru untuk terhubung dengan audiens mereka. Mereka perlu memahami bahwa audiens tidak lagi pasif, tetapi aktif dalam mencari dan memverifikasi informasi. "Media tradisional harus mulai memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan interaksi dengan audiens," ujar Raharso.
Dalam menghadapi ancaman digital, media tradisional tidak bisa hanya berdiam diri. Mereka harus berinovasi, beradaptasi dan terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Dengan demikian, mereka masih bisa memainkan peran mereka sebagai penjaga kebenaran di tengah era post-truth yang penuh dengan informasi palsu dan hoaks.