Pengaruh Media Tradisional dalam Membentuk Narasi Digital di Indonesia
Media tradisional memiliki peran penting dalam membentuk narasi digital di Indonesia. Menurut Daniel Tumiwa, mantan CEO OLX Indonesia, "Media tradisional seperti televisi, radio, dan surat kabar telah membekali masyarakat dengan pengetahuan dan pemahaman yang bertindak sebagai pondasi dalam pembentukan narasi digital." Misalnya, berita politik dan isu-isu sosial yang disajikan melalui media tradisional seringkali menjadi topik pembicaraan di platform digital.
Indonesia, dengan keanekaragaman budaya dan adat istiadatnya, tentu memiliki cerita dan narasi unik yang bisa diangkat melalui media digital. Media tradisional seperti teater, wayang, dan sastra lisan berperan penting dalam menjaga keberlanjutan narasi lokal dan memperkenalkannya ke ranah digital. Dalam konteks ini, media tradisional memiliki peran sebagai jembatan antara narasi lokal dan digital.
Transisi dari Media Tradisional ke Digital: Sebuah Perubahan Narasi di Indonesia
Proses transisi dari media tradisional ke digital tentu bukanlah hal yang mudah. Menurut Rudiantara, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, "Perubahan narasi dari tradisional ke digital memerlukan pemahaman dan adaptasi terhadap teknologi baru." Hal ini berarti bahwa masyarakat harus belajar dan memahami cara-cara baru dalam mengonsumsi informasi.
Selain itu, transisi ini juga mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi. Lebih lanjut, Rudiantara mengungkapkan, "Media digital memfasilitasi interaksi yang lebih cepat dan luas, yang pada akhirnya mempengaruhi cara narasi dibentuk dan disampaikan." Misalnya, melalui media sosial, masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembentukan narasi.
Namun, perlu diingat bahwa transisi ini harus dilakukan dengan bijak. Antonny Liem, CEO Merah Putih Incubator, menyarankan, "Perlu ada upaya untuk memastikan bahwa narasi yang dibentuk melalui media digital tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan tidak melupakan budaya kita." Dengan demikian, meski berada di era digital, narasi Indonesia tetap terjaga dan berkelanjutan.
Jadi, penting untuk memahami bahwa media tradisional dan digital bukanlah dua entitas yang bertentangan. Sebaliknya, keduanya harus bisa saling melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk narasi yang berarti dan berdampak. Sebagaimana kata Albertus Magnus, seorang ahli komunikasi dari Universitas Indonesia, "Media tradisional dan digital harus menjadi dua sisi dari koin yang sama dalam membentuk narasi di Indonesia."